Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti Negara kota. Secara etimologi kata politik masih berhubungan erat dengan kata politis yang bearti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata politisi berarti orang-orang yang menekuni hal-hal yang berkaitan dengan politik. Para tokoh memiliki sudut pandang yang beragam mengenai pengertian dari politik. berikut ini adalah beberapa definisi mengenai politik menurut para ahli:
Andrew Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.
Roger F.Soltau, politik adalah ilmu yang mempelajari Negara,tujuan-tujuan Negara, dan lembaga-lembaga Negara yang akan melaksanakan tujuan tersebut serta hubungan antara Negara dengan warga negaranya serta Negara lain.
Robert, politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia.
W.A Robson, politik adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil.
Paul Janet, politik adalah ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip-prinsip pemerintahan.
Harold Laswell, politik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.
Ramlan Surbakti, politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
F.Isjwara, politik adalah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai teknik menjalankan kekuasaan-kekuasaan.
Kartini Kartolo, politik adalah aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku ditengah masyarakat.
Cheppy H.Cahyono, politik adalah macam-macam kegiatan dalam system politik atau Negara yang menyangkut proses menentukan dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem tersebut.
Carl Schmidt, politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat keputusan-keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.
Litre, politik adalah ilmu memerintah dan mengatur Negara.
Sri Sumantri, politik adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yang dilembagakan dalam bermacam-macam badan politik baik suprastruktur politik dan infrastruktur politik.
Wilbur White, politik adalah ilmu yang mempelajari asal mula, bentuk-bentuk dan proses-proses Negara dan pemerintah.
Ossip K.Flechteim, politik adalah ilmu social yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari Negara sejauh Negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi yang dapat mempengaruhi Negara.
Seely dan Stephen Leacock, politik adalah ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan.
Adolf Grabowsky, politik adalah menyelidiki Negara dalam keadaan bergerak.
Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Ibnu Aqil, politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rasulullah SAW.
Rod Hague, politik adalah kgiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.
B. Dasar Pemikiran Politik Nasional
Dasar pemikirannya adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang
berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam sistem manajemen nasional
ini penting artinya karena didalamnya terkandung dasar negara, cita-cita
nasional dan konsep strategis bangsa Indonesia.
C. Penyusunan Politik Dan Strategi Nasional
Penyusunan Politik Dan Strategi Nasional
Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun
berdasarkan sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak tahun 1985 telah
berkembang pendapat dimana jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang
tersebut dalam UUD 1945 disebut sebagai “Suprastruktur Politik”, yaitu
MPR, DPR, Presiden, BPK dan MA. Sedangkan badan-badan yang ada dalam
masyarakat disebut sebagai “Infrastruktur Politik”, yang mencakup
pranata- pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai
politik, organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan
(interest group) dan kelompok penenkan (pressure group). Antara
suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan
memiliki kekuatan yang seimbang.
Mekanisme penyusunan politik dan strategi
nasional ditingkat suprastruktur politik diatur oleh Presiden
(mandataris MPR). Dalam melaksanakan tugasnya ini presiden dibantu oleh
lembaga-lembaga tinggi negara lainnya serta dewan-dewan yang merupakan
badan koordinasi seperti Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional, Dewan
Pertahanan Keamanan Nasional, Dewan Tenaga Atom, Dewan Penerbangan dan
antariksa Nasional RI, Dewan Maritim, Dewan Otonomi Daerah dan dewan
Stabitas Politik dan Keamanan.
Sedangkan proses penyusunan politik dan
strategi nasional di tingkat suprastruktur politik dilakukan setelah
Presiden menerima GBHN, selanjutnya Presiden menyusun program kabinetnya
dan memilih menteri-menteri yang akan melaksanakan program kabinet
tersebut. Program kabinet dapat dipandang sebagai dokumen resmi yang
memuat politik nasional yang digariskan oleh presiden.
Jika politik nasional ditetapkan Presiden
(mandataris MPR) maka strategi nasional dilaksanakan oleh para menteri
dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan bidangnya
atas petunjuk dari presiden.Apa yang dilaksanakan presiden sesungguhnya merupakan politik dan
strategi nasional yang bersifat
pelaksanaan, maka di dalamnya sudah tercantum program-program yang lebih
konkrit untuk dicapai, yang disebut sebagai Sasaran Nasional.
Proses politik dan strategi nasional di
infrastruktur politik merupakan sasaran yang akan dicapai oleh rakyat
Indonesia dalam rangka pelaksanaan strategi nasional yang meliputi
bidang ideologi, politik, ekonomi, sos bud dan hankam.Sesuai dengan
kebijakan politik nasional maka penyelenggara negara harus mengambil
langkah-langkah untuk melakukan pembinaan terhadap semua lapisan
masyarakat dengan mencantumkan sebagai sasaran sektoralnya. Melalui
pranata-pranata politik masyarakat ikut berpartisipasi dalam kehidupan
politik nasional. Dalam era reformasi saat ini peranan masyarakat dalam
mengontrol jalannya politik dan strategi nasional yang telah ditetapkan
MPR maupun yang dilaksanakna oleh presiden sangat besar sekali.
Pandangan masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sos bud maupun
hankam akan selalu berkembang hal ini dikarenakan oleh: – Semakin
tingginya kesadaran bermasyarakat berbangsa dan bernegara. – Semakin
terbukanya akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya. – Semakin
meningkatnya kemampuan untuk menentukan pilihan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup. – Semakin meningkatnya kemampuan untuk mengatasi
persoalan seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang
ditunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. – Semakin kritis dan
terbukanya masyarakat terhadap ide-ide baru.D. Politik Pembangunan Dan Manajemen Nasional
Politik dan Strategi Nasional dalam aturan ketatanegaraan selama ini dituangkan dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh MPR, selanjutnya pelaksanaannya dilaksanakan oleh Presiden/Mandataris MPR. GBHN pada dasarnya merupakan haluan negara tentang pembangunan nasional yang ditetapkan setiap lima tahun dengan mempertimbangkan perkembangan dan tingkat kemajuan kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia, dan dalam pelaksanaannya dituangkan dalam pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan nasional yang ditentukan oleh Presiden sebagai Mandataris MPR dengan mendengarkan dan memperhatikan sungguh-sungguh pendapat dari lembaga tinggi negara lainnya, terutama DPR. Kebijaksanaan yang telah mendapat persetujuan dari lembaga tinggi negara, khususnya DPR adalah merupakan politik pemerintah dengan demikian politik pemerintah tidak menyalahi jiwa demokrasi dan tetap berpedoman kepada Ketetapan MPR. Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional memerlukan adanya tat nilai, struktur dan proses yang merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional. Guna mewujudkan tujuan nasional, untuk itu diperlukan Sistem Manajemen Nasional. Sistem manajemen nasional adalah suatu sistem yang berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan berupa perumusan kebijaksanaan, pelaksanaan kebijaksanaan, dan pengendalian pelaksanaannya. Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan keseluruhan upaya manajerial yang berintikan tatanan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban sosial, ketertiban politik dan ketertiban administrasi.
E. Contoh Kasus Politik Dan Strategi Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
- See more at: http://zikriakbar12.blogspot.com/2014/06/politik-dan-strategi-nasional-psn.html#sthash.127LxDQQ.dpuf
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
- See more at: http://zikriakbar12.blogspot.com/2014/06/politik-dan-strategi-nasional-psn.html#sthash.127LxDQQ.dpuf
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
- See more at: http://zikriakbar12.blogspot.com/2014/06/politik-dan-strategi-nasional-psn.html#sthash.127LxDQQ.dpuf
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Mendapati putusan kasasi MA inim Pemprov DKI Jakarta bersama 6 perusahaan swasta yang melakukan reklamasi di Teluk Jakarta yaitu PT BME, PT THI, PT MKY, PT PJA, PT JP dan PT Pel II mengajukan perlawanan dengan mengajukan upaya hukum luar biasa PK. Anehnya, MA mengabulkan permohonan PK tersebut, bertolak belakang dengan putusan MA dalam kasasi.
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
- See more at: http://zikriakbar12.blogspot.com/2014/06/politik-dan-strategi-nasional-psn.html#sthash.127LxDQQ.dpuf
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
- See more at: http://zikriakbar12.blogspot.com/2014/06/politik-dan-strategi-nasional-psn.html#sthash.127LxDQQ.dpuf
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
- See more at: http://zikriakbar12.blogspot.com/2014/06/politik-dan-strategi-nasional-psn.html#sthash.127LxDQQ.dpuf
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Contoh Kasus Politik dan Strategi Ketahanan Nasional
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu
2014: Jual Kecap di Mana Pun!
Strategi Kampanye Partai Demokrat Pemilu 2014: Curi Start?
Partai
Demokrat sudah terasosiasi dengan indikasi kasus korupsi yang kental, bukan
rahasia umum. Hasil survey SMRC menobatkan partai Demokrat sebagai partai
terkorup. Hasil survey menyebutkan, sebanyak 44,8 persen dari 1.220 responden
menilai kader partai berlambang mercy ini paling banyak melakukan
korupsi, disusul Golkar sebanyak 6.5%, PDI Perjuangan 2.4%, PKB 0.8%, Gerindra
0.7%, PAN 0.5%, PPP 0.4%, PKDI 0.2%, PKS 0.2% dan lainnya. Baru-baru ini,
tambah memalukan ketika ketua SKK Migas yang diangkat oleh Ketua Umum Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono justru bermain belakang dengan gratifikasi. Padahal
dia seorang akademisi besar yang diharapkan mampu membangun integritas bangsa
dan dirinya sendiri. Hasilnya? Nol besar. Yang ada justru pengkhianatan besar.
Belakangan,
rasa terkejut makin besar setelah saya menyaksikan sendiri bagaimana Demokrat
lewat kader-kadernya “berjualan kecap” di mana pun berada, termasuk di dunia
akademis. Suatu ketidaketisan akademis terlebih konten yang disajikan cenderung
menistakan intelektualitas pendengarnya. Kali ini adalah Syarif Hasan politisi
Demokrat, juga menteri KUKM, yang “berjualan kecap” melalui pidato tendensius di
tengah Sidang Terbuka Wisuda salah satu perguruan tinggi. Beberapa kali melihat
trend seperti itu oleh banyak kader Demokrat, baru tersadar bahwa mungkin
“berjualan kecap di mana pun” menjadi strategi kampanye partai Demokrat Pemilu
2014.
Sumber:
http://herma-putra.blogspot.com/2013/08/pengertian-politik-menurut-para-tokoh.html
https://coecoesm.wordpress.com/2013/06/26/dasar-pemikiran-penyusunan-strategi-politik-strategi-nasional/
https://gabriellaaningtyas.wordpress.com/2013/07/15/politik-dan-strategi-nasional-2/
http://news.detik.com/berita/1775253/10-kasus-yang-mengguncang-hukum-indonesia/1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar