PEMBAHASAN
Republik Rakyat Cina adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur yang beribukota di Beijing. Negara ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di
dunia (sekitar 1,35 milyar jiwa) dan luas wilayah 9,69 juta
kilometer persegi, menjadikannya ke-4 terbesar di
dunia.
Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi melebihi 1,363 miliar jiwa (perkiraan 2014), yang
mayoritas merupakan bangsa Tionghoa. Untuk menekan jumlah penduduk,
pemerintah giat menggalakkan kebijakan satu anak.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksi, India akan menjadi negara
terpadat di dunia hanya dalam waktu 14 tahun. Pada 2028, India akan
dihuni oleh 1,45 miliar jiwa. Kemudian, pada tahun 2060, penduduk India akan mencapai
sekitar 1,6 miliar jiwa.
Bagi banyak orang di India, menjadi negara dengan penduduk terbanyak di dunia
akan menjadi sebuah prestasi. Hal ini menandakan sebuah kemajuan negara dalam
persaingan dengan Cina.
Namun, bagi generasi tua, predikat negara terpadat dunia merupakan sebuah
kegagalan. Sebab, negara mereka telah melakukan upaya untuk menekan angka
kelahiran sejak tahun 1970, seperti kampanye sterilisasi dan penggunaan alat
kontrasepsi.
Jumlah penduduk dunia saat sekarang
menurut catatan Geohive (sebuah situs statisik kependudukan dunia)
jumlah penduduk yang menghuni permukaan dunia hingga tanggal 30 Januari 2007
berjumlah 6.647.186.407 (enam milyar enam ratus empat puluh tujuh juta
seratus delapan puluh enam ribu empat ratus tujuh) jiwa. Dan kita negara
Indonesia berada di urutan ke-4 penduduk terbanyak dunia setelah Cina, India
dan Amerika dengan jumlah penduduk sebanyak 236.355.303 jiwa. Berikut lima
besar negera dengan penduduk terbanyak di dunia:
1. China
|
1,326,526,463
|
2. India
|
1,140,455,260
|
3. USA
|
302,711,006
|
4. Indonesia
|
236,355,303
|
5. Brazil
|
191,128,347
|
DAMPAK KEPADATAN PENDUDUK
a. Berkurangnya Ketersediaan Lahan
Peningkatan populasi manusia atau meningkatnya jumlah
penduduk menyebabkan tingkat kepadatan semakin tinggi .Pada sisi lain ,luas
tanah atau lahan tidak bertambah.Kepadatan penduduk dapat mengakibatkan tanah
pertanian semakin berkurang karena digunakan untuk pemukiman penduduk.
b. Kebutuhan Udara Bersih
Setiap makluk hidup membutuhkan oksigen untuk pernapasan
.Demikian pula manusia sebagai makluk hidup juga membutuhkan oksigen
untuk kehidupanya.Manusia memperoleh oksigen yang dibutuhkan melalui udara
bersih .Udara bersih berati udara yang tidak tercemar,sehingga huyakitas udara
terjaga dengan baik.Dengan udara yang bersih akan diperoleh pernapasan
yang sehat.
c. Kerusakan Lingkungan
Setiap tahun, hutan dibuka untuk kepentingan hidup manusia
seperi untuk dijadikan lahan pertanian atau pemukiman .Para ahli lingkungan
memperkirakan lebih dari 70% hutan di dunia yang alami telah ditebang
atau rusak parah .Menigkatnya jumlah penduduk akan diiringi pula
dengan meningkatnya penggunaan sumber alam hayati. Adanya pembukaan hutan
secara liar untuk dijadikan tanah pertaniaan atau untuk
mencari hasil hutan sebagai mata pencaharian penduduk akan merusak
ekosistem hutan.
d. Kebutuhan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan mutlak makhluk hidup .Akan
tetapi,air yang dibutuhkan manusia sebagai mkhluk hidup adalah air
bersih. Air bersih digunakan untuk kebutuhan penduduk atau rumah tangga
sehari-hari. Bersih merupakan air yang memenuhi syarat kualitas
yang meliputi syarat fisika ,kimia ,dan biologi. Syarat kimia yaitu air
yang tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan kesehatan manusia.
Syarat fisika yaitu air tetap jernih (tidak brubah warna), tidak ada
rasa, dan tidak berbau. Syarat biologi yaitu air tidak mengandung mikrooganisme
atau kuman-kuman penyakit.
e. Kekurangan Makanan
Manusia sebagai mahkluk hidup membutuhan makanan.
Dengan bertambahnya jumlah populasi manusia atau penduduk, maka
jumlah kebutuhan makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Bila hal
ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan, maka dapat
terjadi kekurangan makanan .Akan tetapi,biasanya laju pertambahan penduduk
lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan makanan. Ketidakseimbangan
antara bertambahnya penduduk dengan bertambahnya
produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya, penduduk
dapat kekurangan gizi atau pangan. Kekurangan gizi menyebabkan daya tahan tubuh
seseorang terhadap suatu penyakit rendah, sehingga mudah terjangkit
penyakit.
FAKTOR-FAKTOR KEPADATAN
PENDUDUK
1. Faktor Kelahiran
Faktor ini merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan penduduk. Contohnya di Jawa timur, Data Badan Pusat Statistik
Pada tahun 1971 jumlah penduduk jawa timur mencapai 25 juta jiwa, pada tahun
1980 meningkat menjadi 29 juta, pada tahun 1990 meningkat menjadi 32 juta, pada
tahun 1995 meningkat menjadi 33 juta, pada tahun 2000 meningkat menjadi 34 juta
dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 37 juta jiwa. Jika ini pertambahan
penduduk ini terus terjadi, akan menyebabkan terjadinya kepadatan penduduk.
2. Faktor Iklim dan Tempat Strategis
Faktor ini juga menjadi salah satu penyebab kepadatan
penduduk. Dengan iklim yang nyaman dan letak tempat yang strategis membuat
penduduk beramai-ramai untuk menetap di wilayah tersebut. Jika hal ini terjadi
secara terus menerus, maka secara perlahan akan menyebabkan terjadinya
kepadatan penduduk.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ini juga menjadi salah satu penyebab kepadatan
penduduk. Dengan terbukanya lapangan pekerjaan di suatu wilayah menyebabkan
penduduk berbondong-bondong untuk menetap di wilayah tersebut. Hal inilah yang
menjadi penyebab kepadatan penduduk di suatu wilayah.
4. Faktor Sosial
Faktor ini menjadi salah satu penyebab kepadatan penduduk.
Penduduk akan senang dengan suatu tempat yang wilayahnya relatif aman. Jika
suatu wilayah memiliki kondisi yang relatif tidak aman, maka wilayah tersebut
hanya akan ditempati oleh beberapa penduduk saja.
Beberapa cara mengatasi kepadatan penduduk sebagai berikut:
1. Dengan melakukan pengendalian angka kelahiran. Di
Indonesia pemerintah melakukan upaya pengendalian dengan memperkenalkan program
KB (Keluarga Berencana) untuk mengendalikan angka kelahiran di Indonesia dan penundaan
usia untuk menikah.
2. Dengan melakukan pemindahan penduduk dari wilayah yang
padat penduduknya ke wilayah yang kurang penduduknya. Dengan upaya ini akan
mengurangi jumlah kepadatan di wilayah yang padat penduduknya.
3. Dengan melakukan pemerataan lapangan kerja. Pemerataan
lapangan kerja dilakukan dengan mengembangkan Industri, pertanian, perkebunan,
petambangan dan perikanan di wilayah yang lain. Dengan upaya ini diharapkan
penduduk tidak terfokus untuk mencari pekerjaan di satu wilayah saja.
DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF PERTUMBUHAN PENDUDUK
DAMPAK
NEGATIF
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
sebenarnya membawa beberapa keuntungan, di antaranya adalah ketersediaan tenaga
kerja yang melimpah. Namun, jika pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak
dibarengi oleh kebijakan pemerintah yang baik dalam menghadapi masalah ini,
maka pertumbuhan penduduk yang tinngi hanya akan membawa dampak yang buruk bagi
suatu Negara. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari pertumbuhan penduduk
yang tinggi adalah: dari segi
Sosial ekonomi jumlah penduduk yang
tinggi yang tidak dibarengi dengan lapangan kerja yang cukup hanya akan
menimbulkan masalah kriminalitas. Orang yang tidak mempunyai pekerjaan bisa
saja beralih menjadi kriminal. Sebagai contoh, di kota-kota besar, banyak orang
yang tidak mendapatkan pekerjaan yang mencukupi kebutuhannya. Mereka pun
mencari nafkah dengan menjadi seorang kriminal seperti pencopet, perampok, dsb.
Bukan hanya itu, dari segi sosial ekonomi, jumlah pertumbuhan penduduk yang
tinggi yang tidak dibarengi dengan pendistribusian fasilitas yang merata akan
mendorong terjadinya urbanisasi yang pada akhirnya akan memunculkan kelas sosial
baru di masyarakat Ibukota. Adanya perumahan kumuh adalah contih konkrit dari
masalah ini.
Pendidikan dan kesehatan pemerintah
menginginkan penduduknya memenuhi standar kehidupan internasional. Keinginan
mereka itu diterjemahkan dengan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat
memajukan masyarakatnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Namun, jika
jumlah penduduk pada suatu negara melebihi batas normal. Maka kebijakan ini
tidak dapat dilaksanakan.
Sebagian besar penduduk tidak akan
mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. Rendahnya kualitas
pendidikan adalah salah satu faktor yang menyebabkan suatu negara rendah akan
sumber daya manusianya.
Lingkungan Hidup jumlah penduduk
harus berbanding lurus dengan luas pemukiman. Masalah terjadi ketika lahan
untuk pemukiman tidak cukup lagi untuk menampung banyaknya penduduk. Untuk
mengatasi masalah ini, penduduk pun mengubah lahan pertanian atau hutan menjadi
areal pemukiman baru. Masalah tidak sampai di situ saja. Membuka lahan
pertanian atau hutan menjadi lahan pertanian justrus menimbulkan masalah
lingkungan.
Lahan pertanian atau hutan yang di
sulap menjadi areal pemukiman mengakibatkan hilangnya daerah resapan air.
Sebab, lahan yang semula jadi resapan air kini di poles dengan semen dan beton.
Sehingga air tidak dapat meresap. Banjir pun tidak terhindarkan.
Selain itu, ketika membuka hutan
menjadi areal pemukiman, penduduk biasanya membakar hutan tersebut. sebagai
akibatnya timbullah polusi udara yang disebabkan oleh hutan yang terbakar. Hal
ini tidak hanya menjadi masalah domestik bagi satu Negara. Tetapi juga menjadi
masalah bagi negara lain. Sebab, akibat dari tindakan ini juga dirasakan oleh
Negara lain.
Dampak Negatif Pertumbuhan Penduduk
Lainnya:
Lahan tempat tinggal dan bercocok
tanam berkurang
semakin banyaknya polusi dan limbah
yang berasal dari rumah tangga, pabrik, perusahaan, industri, peternakan, dll
Angka pengangguran meningkat
Angka kesehatan masyarakat menurun
Angka kemiskinan meningkat
Pembangunan daerah semakin dituntut
banyak
Ketersediaan pangan sulit
Pemerintah harus membuat kebijakan
yang rumit
Angka kecukupan gizi memburuk
Muncul wanah penyakit baru
DAMPAK POSITIF
Dampak positif dari banyaknya jumlah
penduduk adalah mudah memperoleh tenaga kerja yang murah.
juga pertumbuhan penduduk yang
tinggi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena itu, meskipun
program keluarga berencana (KB) digalakkan Indonesia, di sisi lain diperlukan
angka pertumbuhan penduduk yang tinggi untuk meningkatkan angka pertumbuhan
ekonomi.
Pendapat yang didasarkan atas kajian
penelitian itu dilontarkan oleh dosen Sekolah Tinggi Teologia (STT) Baptis
Jakarta, Wilson Rajagukguk dalam disertasi doktornya di Universitas Indonesia
(UI), Depok, Jawa Barat, Kamis (14/1) pagi. Penelitian itu berangkat dari
keinginan membuktikan dan mencari kebenaran mengenai adakah hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk.
Karena itu, Wilson Rajagukguk dalam
disertasinya berjudul Pertumbuhan Penduduk sebagai Faktor Endogen dalam Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia mengangkat masalah tersebut dalam ujian untuk meraih gelar
doktor ilmu ekonomi di UI dengan penguji Sri Moertiningsih Adioetomo, Nachrowi
Djalal, Prijono Tjiptoherijanto (promotor), berikut N Haidy Pasay, dan Mangara
Tambunan dengan hasil sangat memuaskan.
Berdasarkan simulasi dan analisis
yang dilakukan dalam penelitiannya, ternyata terlihat kalau angka pertumbuhan
ekonomi proporsional terhadap angka pertumbuhan penduduk. Ini berarti,
pertumbuhan penduduk di Indonesia berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Penelitian Wilson ini diperkuat dengan argumen yang dikemukakan oleh
Jones (1995), yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada masa lalu disebabkan
oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Seperti diketahui, ada tiga aliran
pemikiran dalam beberapa periode waktu yang membahas mengenai hubungan antara
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Aliran pertama adalah aliran
tradisional pesimistis (1950-1970-an) yang beranggapan kalau pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi (Malthusian dan
Neo-Malthusian).
Masa Lalu
Aliran kedua adalah aliran
revisionis yang meragukan pernyataan aliran sebelumnya karena tidak disertai
dengan cukup bukti empiris. Sedangkan, aliran ketiga adalah aliran yang
beranggapan kalau pertumbuhan penduduk memang sangat berarti bagi perkembangan
ekonomi (population does matter, Birdsall dan Sindings, 2001).
Selain itu, disertasi timbul akibat
banyaknya pendapat berbeda dari berbagai pemikir hebat mengenai pertumbuhan
ekonomi pada masa lalu apakah karena meningkatnya pertumbuhan penduduk. Dengan
menggunakan indikator angka pertumbuhan konsumsi, angka pertumbuhan kapital dan
angka pertumbuhan output untuk mengevaluasi pertumbuhan ekonomi dan menggunakan
indikator angka pertumbuhan penduduk untuk mengevaluasi pertumbuhan penduduk,
maka penelitian ini lebih dapat akurat.
Sementara itu, Young (1995)
mengemukakan, kalau pertumbuhan yang terjadi di Indonesia bersama Jepang, Hong
Kong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Thailand, dan Malaysia merupakan dampak
transisi demografi. Negara-negara tersebut bertumbuh karena mereka mengambil
langkah besar dalam akumulasi modal fisik dan modal manusia.
Karena itu, Wilson ingin membuktikan
kalau pendapat yang mengemuka selama ini kalau pertumbuhan penduduk berbanding
negatif dengan pertumbuhan ekonomi adalah salah. Karena masih ada indikasi yang
lain, yaitu berhubungan dengan anak usia sekolah yang selanjutnya bekerja.
DAMPAK IMPOR PANGAN BAGI
MASYARAKAT INDONESIA
Krisis pangan yang dihadapi bangsa Indonesia selama ini
selalu diatasi dengan melaksanakan kebijakan impor. Kebijakan impor sebagai
suatu kebijakan jangka pendek tentunya memiliki dampak terhadap bangsa
Indonesia secara ekonomi maupun sosial.
Dampak yang diterima bangsa Indonesia adalah pengeluaran
devisa negara yang cukup besar untuk melaksanakan impor. Hal ini berarti bangsa
Indonesia telah memberikan penghidupan bagi petani negara lain, sedangkan bagi
petani dalam negeri tidak. Suatu hal yang ironis bagi sebuah negara agraris
yang luas dan kaya seperti Indonesia.
Dengan melaksanakan kebijakan impor produk pertanian dalam
negeri tidak mampu bersaing dengan produk pertanian luar negeri. Sebagai contoh
dalam komoditas kedelai, gandum, dan beras. Saat ini apabila ada kesenjangan
antara ketersediaan pangan dan kebutuhan akan pangan, maka sudah dapat
dipastikan pemerintah akan mengutamakan melaksanakan kebijakan impor.
Misalnya, pada kebutuhan akan kedelai. Kebutuhan akan kedelai selalu
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Diperkirakan tiap tahunnya kebutuhan akan
biji kedelai adalah kurang lebih 1,8 juta ton dan bungkil kedelai sebesar 1,1
juta ton. Guna memenuhi kebutuhan maka pemerintah melaksanakan kebijakan impor.
Impor kedelai ini menyebabkan petani dalam negeri sulit untuk bersaing karena
murahnya harga kedelai impor. Perlu diketahui dalam rangka pemenuhan akan
kedelai , kita harus mengimpor kurang lebih 60% dari luar negeri.
Pada komoditas gandum, kini negara Indonesia telah
menjadi negara pengimpor gandum terbanyak di dunia, melalui MNC (multi national
corporation) yaitu sebesar 2,5 juta ton. Untuk mengimpor gandum sebanyak
itu diperlukan dana hampir Rp 8 triliun/tahun dan hal itu telah menguras devisa
negara yang ada. Pada era liberalisasi ini pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan perdagangan dengan memurahkan gandum. Tidakkah pemerintah menyadari
betapa buruk dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut? Sebagai negara
berkembang kita bisa saja ikut serta dalam liberalisasi perdagangan, apabila
liberalisasi tersebut mampu mendorong berkembangnya agroindustri, harga
membaik, produktivitas produk ekspor meningkat ,upah riil naik dan tercipta
lapangan kerja karena dorongan ekspor. Kini masyarakat Indonesia cenderung menjauhi
produk lokal dan lebih menjatuhkan pilihannya pada produk impor seperti gandum
impor ini. Jelas saja mereka lebih memilih gandum impor daripada sagu, ketela
pohon, jagung atau produk lokal lainnya, hal ini disebabkan harga gandum yang
lebih murah daripada harga sagu, jagung, ketela pohon dan produk lokal
lainnya. Indonesia akan mengalami kesulitan diversifikasi pangan dan
mendorong peningkatan produksi terutama dalam membangun agroindustri pangan non
gandum guna investasi masa depan.
Masalah terkait lainnya yakni impor beras. Perlu kita akui
disini, beras merupakan makanan pokok rakyat Indonesia. Dari balita hingga
akhir hayat pun kita pasti akan mengkonsumsi beras (nasi). Itu dikarenakan
kebiasaan kita yang memang sangat sulit untuk dirubah. Mungkin karena kesulitan
itulah , sebagian besar rakyat Indonesia tidak akan pernah dan tidak akan mau
untuk menggantikan posisi beras dalam kehidupan pangan mereka. Dengan stok yang
tidak mencukupi maka hal ini akan menimbulkan ketimpangan hingga akhirnya satu-satunya
jalan yang dapat ditempuh adalah dengan impor beras.
Belakangan ini kebijakan impor sering dijadikan ajang untuk
memperoleh untung bagi pihak-pihak yang tidak bartanggung jawab. Pemerintah
selalu mengemukakan alasan yang sama terhadap munculnya kebijakan impor beras
dari tahun ketahun yaitu untuk stabilisasi harga dan pemenuhan stok beras bulog
yang tidak mencapai satu juta ton. Perihal ini telah menimbulkan reaksi keras
dari banyak kalangan. Misalnya, Mochamad Maksur, beliau adalah peneliti
pada Pusat studi pedesaan dan kawasan Universitas Gajah Mada. Mochamad Maksur
mengatakan langkah impor yang diambil oleh pemerintah merupakan publik sembrono
Kisaran harga beras dipasar internasional saat ini 14% lebih
murah dibandingkan harga dalam negeri, dan keikutsertaan Indonesia dalam WTO
memaksa pengurangan pajak bea cukai , termasuk untuk produk pertaniaan. Harga
beras impor yang murah karena tidak terkalibrasi oleh pajak impor akan menyeret
harga beras dalam negeri menjadi murah. Kemungkinan turunnya harga beras inilah
yang menjadi tujuan pemerintah. Di satu sisi hal ini meringankan konsumen namun
di sisi lain kebijakan ini selalu merugikan petani. Turunnya harga beras
mengakibatkan tidak tertutupnya biaya produksi petani beras, illegal dalam jumlah
besar. Hal ini tentu saja akan membuata harga beras lokal akan semakin
kompetitip. Dan lagi-lagi pihak yang sangat dirugikan adalah petani.
Pemerintah seharusnya memahami peranan pangan dalam negeri
yang sesunguhnya. Pangan dalam negeri sangat berperan dalam mengatasi
kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, pendorong berkembangnya agroindustri
pembangunan desa, yang tak kalah pentinnya pangan dapat mensuplai energy
/protein serta serat-serat bagi masyarakat. Apabila kita bandingkan dengan
pangan impor peran pangan dalam negeri sifatnya lebih kompleks dan lebih
penting. Pangan impor tidak bisa mensubstitusi pangan lokal secara keseluruhan
dan sempurna , terbatas pada penyesuaian suplai energy saja. Oleh karena begitu
pentingnnya peran pangan dalam negeri kita , warga negara Indonesia wajib
mempertahankannya. Mampu mempertahankan keberadaan pangan dalam negeri,berarti
kita juga mampu mempertahankan kedaulatan Indonesia yang telah merdeka sejak 62
tahun yang lalu. Karena salah satu aspek dalam mempertahankan kedaulatan adalah
pemenuhan kebutuhan dasar penduduknya, yaitu pangan. Seperti yang kita ketahui
, sejak tahun 1984 berlalu Indonesia selalu mengimpor atau memasok pangan dari
luar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini merupakan suatu hal yang
harus dihentikan, memang impor itu perlu dilakukan . Akan tetapi, ide untuk
menyandarkan atau menggantungkan kebutuhan dasar (pangan ) pada negara lain
secara terus menerus akan berdampak sangat buruk bagi kedaulatan bangsa.
Apabila hal tersebut terus berlangsung, maka sedikit demi sedikit dan tak
langsung, kita telah mengikis kedaulatan bangsa kita.artinya kita secara tak
sengaja telah membuat bangsa kita terjajah oleh bangsa lain (negara
pengekspor). Itu tidak lain dikarenakan kita selau tergantung kepada mereka.
USIA MASYARKAT INDONESIA 10
TAHUN MENDATANG
Angka harapan hidup di Indonesia naik untuk sepuluh tahun
mendatang. Sekarang usia harapan hidup rata-rata mencapai 50 atau 60 tahunan.
Nantinya rata-rata angka harapan hidup berada di kisaran 68-71 tahun. Menurut
dr Hendro Riyanto SpKJ MM, naiknya harapan hidup itu memengaruhi komposisi usia
penduduk lima tahun mendatang. “Tahun 2020, piramida penduduk akan terbalik.
Jumlah lansia lebih banyak daripada anak-anak,” ucap Hendro.
Angka penduduk di atas 60 tahun mencapai 15-20 persen dari
total penduduk Indonesia. Sayangnya, panjangnya usia lansia itu diikuti
panjangnya daftar masalah kesehatan.
Salah satunya adalah masalah kejiwaan, yakni depresi. Depresi
lansia, menurut dokter sekaligus dosen Universitas Wijaya Kusuma itu, dipicu
banyak faktor. Faktor penyakit degeneratif. Para lansia umumnya stres karena
penyakit-penyakit yang mulai bermunculan.
Sumber: